Berburu RTX 30!
Seperti yang saya ceritakan di post sebelumnya, saya sudah mengonsep dan mengincar untuk upgrade PC saya dalam tahun 2020 ini. Awalnya, niat itu hanya sebatas khayalan saja, tetapi pandemi mengubah segalanya. Dengan keadaan kantor saya yang menerapkan pekerjaan jarak jauh sampai waktu yang belum ditentukan, saya jadi semakin terdorong untuk meningkatkan kemampuan PC saya agar bisa digunakan untuk bekerja juga.
...
Oke mungkin itu alasan yang dibuat-buat ya, alasan sebenarnya ya untuk menjaga kewarasan di tengah keadaan dunia yang antah berantah ini,hehehe.
Saya mulai dengan merumuskan premis. Karena dengan sistem saat itu saya bisa mendapatkan >60 FPS di resolusi 1080p, saya ingin agar upgrade kali ini dapat menaikkan pengalaman gaming saya, baik dari sisi resolusi maupun jumlah frames per second, atau... keduanya sekaligus!
Saat mulai riset di sekitaran awal kuartal kedua tahun ini, saya mendapat informasi bahwa dalam tahun ini Nvidia akan merilis generasi terbaru kartu grafis mereka, rumornya dalam bulan-bulan antara Juli-Agustus. Generasi terbaru kartu grafis itu digadang-gadang akan menjadikan gaming 4K@60FPS jadi new normal. Tanpa perlu kontemplasi, saya yang melewati generasi kartu grafis terakhir, langsung menempatkannya di target buruan utama saya. Saya pun nekat (setidaknya begitu kata dompet saya) menetapkan premis target yang tadinya tentatif itu menjadi sistem yang bisa digunakan gaming 1440p@144FPS.
Peluncuran
Lewat Juli dan Agustus, ternyata RTX 30 Series masih belum juga diluncurkan. Ternyata, launch event diadakan pada 1 September. Saya sampai mengatur pengingat dan alarm di kalender saya untuk acara yang dipertunjukkan daring tersebut.
Hal lucu yang terjadi saat saya menonton acara itu adalah, saya memperhatikan, "oke mungkin ini hanya set, tapi kenapa dia punya banyak sekali spatula?". Ternyata, di penghujung acara terungkap bahwa Jensen, CEO Nvidia, menyembunyikan kartu grafisnya di balik spatula-spatula tersebut!
Selain itu, ia juga mempresentasikan teknologi-teknologi canggih yang dimiliki generasi terbaru ini. Di antara teknologi-teknologi tersebut, yang paling menarik buat saya adalah DLSS 2.0, yang merupakan peningkatan dari teknologi sudah ada dari generasi sebelumnya.
DLSS, atau Deep Learning Super Sampling, pendeknya adalah teknologi yang meningkatkan performa dengan rendering menggunakan kecerdasan buatan. Dengan DLSS, chip GPU tidak perlu melakukan komputasi render penuh pada tiap-tiap framenya, cukup sebagian, sementara sebagian lagi dilakukan oleh Tensor Core yang memiliki spesialisasi mengeksekusi operasi kecerdasan buatan. Dengan DLSS, GPU dapat melakukan render pada resolusi 720p, kemudian kecerdasan buatan akan melakukan upscale ke resolusi 1440p dengan mengisi pixel-pixel yang tidak di-render GPU, misalnya.
Lalu yang paling mengejutkan adalah harganya. Dalam acara tersebut, model-model yang diluncurkan adalah RTX 3070 dengan 8GB GDDR6, RTX 3080 dengan 10GB GDDR6X, dan RTX 3090 dengan 24GB GDDR6X. Jensen menyebut RTX 3070 saja akan lebih cepat dari RTX 2080 Ti, sementara RTX 3080 bisa mencapai 2x lebih cepat dari RTX 2080. Saya langsung mendesah, "dengan performa segitu, tidak mungkin harganya sesuai anggaran saya". Ternyata, Jensen kemudian mengumumkan angka yang membuat kolom live chat langsung meledak: RTX 3070 @ $499; RTX 3080 @ $699; dan RTX 3090 @ $1.499!
Sebagai konteks, RTX 2080 ketika diluncurkan dibanderol $799. RTX 3070 yang kecepatannya digadang-gadang akan lebih baik, dibanderol hanya $499, lebih murah $300!
Namun, tentang harga yang agresif ini, ada analisis yang sangat tajam dari Moore's Law is Dead. Singkatnya, harga peluncuran itu hanya propaganda. Hanya akan tersedia sedikit sekali stok RTX 3080 yang meluncur pertama, baik seri Founders Edition maupun dari board partners sepert ASUS, MSI, dan lainnya. Ini dilakukan untuk memberikan persepsi perbandingan price/performance yang terlihat menawan di awal, padahal target sesungguhnya adalah penjualan dengan volume besar dalam beberapa bulan ke depannya dengan harga yang sudah dilambungkan oleh kelangkaan. Sebenarnya kalau dilihat di Indonesia saja sudah mengarah ke sana, dengan ASUS RTX 3080 TUF yang MSRPnya di Rp12,4 juta saat peluncuran, sekarang sudah berharga Rp18-20 juta di toko-toko daring.
Tangan Harus Lebih Cepat...
Setelah mengetahui (atau ditipu?) harga peluncurannya, saya langsung mantap memilih target RTX 3080. Saya berpikir, harusnya masuk anggaran saya. Menyadari Founders Edition tidak akan masuk Indonesia, saya menargetkan seri Aorus Master dari Gigabyte.
Di hari-hari pertama kartu tersebut masuk ke pasar, saya rajin memeriksa toko-toko daring. Gila sekali, barang-barang ready stock bisa lenyap dalam hitungan menit, dan setiap toko hanya punya satu-dua barang saja.
Setelah menunggu sekitar seminggu-dua minggu, tidak kunjung ada kabar tentang Aorus Master. Toko Gigabyte resmi malah menawarkan saya seri Eagle mereka yang kelasnya di bawah Aorus, itu saja harganya sudah Rp16,5 juta, di atas anggaran saya. Saya jadi berpikir, jika Eagle saja harganya segitu, Aorus pasti akan jauh lebih mahal. Akhirnya saya mulai berburu model lain saja.
Suatu hari, saat sedang refresh-refresh laman toko daring, saya mendapati ada Zotac RTX 3080 Gaming ready stock. Kontan, saya kontak penjualnya, saya tanya, "ini betulan ready bro?". Dia jawab, iya, terus menambahkan, "buruan om kalau mau pesan, barangnya tinggal satu, yang tanya-tanya banyak". Jujur, saya termakan omongannya yang sebenarnya tak bisa diverifikasi itu. Saya langsung checkout saat itu juga karena harganya actually di bawah anggaran saya, walau saya tahu sebenarnya margin dia cukup banyak, sekitar satu juta rupiah.
Saya teringat kata teman saya, Mas Agung Setiawan, "tangan harus lebih cepat dari otak" kalau sedang ingin khilaf hahaha. Akhirnya dapat juga deh kartu grafis incaran yang bukan betul-betul incaran itu.
Verdict
Saat barangnya sampai, di luar dugaan, ternyata lebih kecil dari yang saya bayangkan. Ternyata kartu grafis saya sebelumnyalah yang tergolong besar! Desain pendinginannya sebenarnya tidak 'wah' karena bukan inovasi baru dengan tiga kipas. Koneksi PSUnya menurut saya daya tarik tersendiri, karena ia hanya menggunakan 2x 8-pin, tidak seperti model-model flagship produsen lain yang bisa sampai 3x 8-pin.
Bodohnya saya adalah, saat itu saya benar-benar dibutakan nafsu jadi saya sama sekali tidak mengecek ulasan ataupun forum-forum luar tentang model kartu grafis yang saya beli. Ternyata di kemudian hari terungkap, kartu grafis Zotac tersebut memiliki desain yang buruk, yang menyebabkan crash ketika clock speed mencapai 2GHz. Singkatnya, struktur power delivery keseluruhannya menggunakan POSCAP alih-alih MLCC yang lebih stabil pada clock speed tinggi. Untungnya, Nvidia di kemudian hari meluncurkan versi driver yang memperbaiki isu ini dengan cara membatasi clock speed di bawah 2GHz.
Bagaimana pengalaman bermain gamenya? Saya tidak banyak melakukan benchmark, tapi saya bisa mengatakan di setiap game yang saya coba kartu ini dapat mencapai 90-144 FPS di resolusi 1440p dengan settingan maksimal. Di antara game-game tersebut adalah F1 2020, The Witcher 3, Rise of The Tomb Raider, Fallout 4, Metro Exodus, Assassin's Creed Odyssey, Assassin's Creed Origins, FIFA 19, GTA V, dan Death Stranding.
Namun, yang perlu diperhatikan juga dari kartu ini adalah konsumsi listrik dan panas yang dihasilkannya. Saya monitor dengan software MSI Afterburner, pada beban 100%, kartu ini bisa mengonsumsi 320W lebih. Pada sistem saya, suhunya bisa mencapai 80 derajat celcius pada beban 100%. Saya sarankan pendinginannya harus baik jika ingin meminang kartu ini. Bukan hanya pendinginan kartu grafisnya, tapi juga PC casenya.
Buat saya, ini adalah kartu yang oke, tapi itu karena saya upgrade dari GTX 10 series. Jika Anda memakai RTX 20 series, apalagi RTX 2080 atau RTX 2080 Ti, saya sarankan Anda memikirkan matang-matang terlebih dahulu. Meskipun bukan generasi paling baru lagi, RTX 20 series masih merupakan kartu grafis yang bagus. Pikirkan kembali apakah Anda membutuhkannya, dan apakah harganya sebanding dengan improvement yang akan Anda dapatkan, mengingat harganya sedang melambung tinggi sekarang, sementara harga RTX 20 semakin turun.